Vina Riski

Seni dalam berinteraksi dengan manusia

21.5.20 malam hari ini berbincang dg senior di kosan. Beliau punya background psikolog, ngobrol mengenai kestabilan emosi di masa pandemi dan situasi yg tidak bisa mudik bertemu keluarga, utamanya beliau bercerita tidak bisa bertemu anaknya yg masih TK yg masih sangat butuh sosok ibu didekatnya. Beliau juga bercerita mengenai anaknya yg berulang tahun awal Mei lalu tetapi tidak didampingi ayah dan ibunya karena terjebak psbb sehingga tidak bisa pulang. 

Wajar ternyata menangis setiap malam, mencari pelarian dan pengalihan pikiran, mood swing yg gak jelas, yang ternyata merupakan respon dari bentuk stress tubuh di alam bawah sadar yg terkadang tidak disadari alam sadar kita.

Kemudian cerita mengenai keluh kesah terhadap seseorang dalam menanggapi pandemi ini yg terkesan acuh, mengabaikan, dan keras kepala. Ternyata berinteraksi dengan sesama manusia itu unik, sulit, membingungkan, dan perlu dipelajari terus menerus sampai akhir hayat. Karena setiap manusia itu dinamis bukan statis, pada intinya manusia sombong itu tidak sadar dirinya sombong, manusia egois tidak sadar dirinya egois, manusia jahat tidak sadar dirinya jahat, manusia keras kepala tidak sadar dirinya susah diberi nasehat, tidak sadar disini bukan berarti secara penuh tidak menyadari ya, mungkin dia sadar hanya kadarnya belum memenuhi untuk membuatnya benar-benar menyadari bahwa sikap dan responnya itu kurang tepat untuk menanggapi seseorang atau situasi.

Berinteraksi dengan manusia itu sulit, tak ada manusia yg sempurna, tetapi kita juga tidak suka menerima perlakukan tidak sempurna dari orang lain, itulah sebabnya Allah memberi ganjaran yg luar biasa mengenai adab dan akhlak Hablumminannas. Resiko untuk dihujat, untuk di ghibah dibelakang kita itu sangat mungkin. Menyakitkan hati dan membuat beban emosi itu pasti, tetapi itulah kuncinya. Allah meletakkan pahala sabar dengan kita menghadapi manusia bar bar, Allah meletakkan pahala pemaaf karena memilih memaafkan manusia jahat yang melukai hati kita, Allah meletakkan pahala syukur karena kita tetap mau berinteraksi dengan manusia dan berbagi kebaikan walaupun diperlakukan sebaliknya. Bukan malah menghindari interaksi dengan manusia dan menjadi apatis dan acuh terhadap lingkungan. 

Tulisan ini sebenernya curahan perasaan dan sudut pandang personal ku sebagai manusia yang jauh dari sempurna, dari obrolan semalam yang menamparku untuk sadar ternyata sikap kita kepada orang lain sangat perlu dijaga. Walaupun respon seseorang sewaktu berinteraksi dengan kita terlihat baik baik saja dan nyaman, ternyata bisa jadi ada banyak hal yg mereka sembunyikan dan mereka tutupi karena omongan kita yg menyinggung, kata kata kita yang tidak sesuai situasi, atau sikap kita yang membuat jengkel lawan bicara.

Tulisan ini dilatarbelakangi dari curhat teman2 serumah di perantauan yg sudah senior. Mereka curhat dan mengeluh mengenai sikap salah satu penghuni yang sikapnya seenaknya sendiri, pertama mendengar ini kaget dan gak nyangka, padahal aku kira hubungan mereka baik baik saja karena terlihat saling nyaman ternyata banyak hal yang ditutupi dari interaksi mereka.

Lagi dan lagi karena manusia tidak sempurna, yg membedakan ketika ketidaksempurnaan itu muncul lalu datang seseorang untuk menasehati dengan baik tetapi direspon sebaliknya itulah masalahnya. Dan ternyata tidak hanya satu dua orang yg mengeluh hal yang sama karena sikapnya, lalu kenapa Allah membuat mereka bercerita dan mengeluh ke Vina?
apakah ada hal baik dari masalah yang sampai ke telingaku? 

Berusaha mengambil sudut pandang baiknya, karena manusia memang sebenarnya merugi mengenai hidupnya, kecuali mereka yang saling nasehat menasehati dan sabar.

Inilah PR nya, Vina harus belajar mengatur sikap dan kata pada situasi yang tepat untuk menjadi  penengah dan memberi nasehat tanpa harus menggurui. Inilah PR nya, Vina harus memperbaiki diri tanpa harus mengalami sendiri, tetapi dengan belajar dari masalah orang lain. Inilah PR nya, bahwa hidup bersama orang lain dengan pikiran dan kebiasaan yang berbeda tidak boleh seenaknya sendiri. Karena untuk mengenali diri sendiri saja butuh waktu seumur hidup, bagaimana dengan mengenal dan interaksi dengan orang lain??
Pasti butuh usaha yang lebih dan waktu yang tidak singkat. Oleh karena itulah Allah menempatkan pahala istimewa mengenai Hablumminannas yang rumit ini πŸ˜‡πŸ˜…

Intinya sebagai manusia memang selalu berproses yang semoga setiap harinya kearah yang lebih baik, memang benar pepatah bilang kalau kita dekat dengan penjual minyak wangi setidaknya kita akan terkena wanginya begitupun sebaliknya jika dekat dengan orang buruk kita akan terkena dampaknya juga, lingkungan memang sangat berpengaruh, itulah sebabnya orang yg ingin berubah nasehat pertama nya adalah berpindah/ mengganti lingkungannya.

Jadi.. Yuk kita terus belajar membuat lingkungan kita baik dan nyaman untuk diri sendiri dan oranglain dengan tetap memperhatikan hak dan akhlak yang baik kepada sesama. 

Dilanjut lain waktu lagi..
Sesi curhat menstabilkan emosi dan menjadikannya pengingat diri sendiri πŸ˜